Lima Belas Bulan Lima

Rezeki itu memang datangnya dari mana saja. Dititipkan bisa lewat siapa saja. Waktunya pun sering kali tak terduga. Salah satu rezeki itu aku sebut kamu.

Pertemuan aku dan kamu yang kusingkat menjadi kita mungkin menurut kita adalah hal yang kebetulan saja. Walau sebenarnya tak ada kebetulan di dunia ini. Untung saja ada yang ingat makanan favoritku, coklat. Untung saja ada orang yang bisa dititipi makanan itu untukku. Untung saja aku tak tahu malu untuk menghubungimu kapan aku bisa mengambil titipan coklat itu.

Lima belas bulan lima tahun dua ribu lima belas. Tembok tinggi berwarna kuning kecoklatan di lobi salah satu gedung tinggi kawasan Sudirman menjadi saksi bisu pertemuan singkat lima menit kita. Yang selanjutnya hanya hening tak berarti apa-apa setelah coklat yang kini sudah di tanganku habis kulahap satu per satu.

Continue reading

Mentari, Langit, dan Air Mata

Banyak yang berkata ketika mentari tak bersinar dengan terang, hati kita tak merasakan hangatnya hidup.
Mereka berkata, ketika langit bermuram durja, hati kita akan merasakan duka yang mendalam.
Mereka juga berkata, ketika kaki bumi dibasahi akan air mata langit, hati kita akan merasakan sedih dan kenangan pahit di masa lalu.

Continue reading

Mimpi Foodie-Kemarin-Sore

Sebuah pesan masuk ke WhatsApp, dari seorang teman yang berisi tentang lowongan buat ikutan proyek food tour ke Dubai 3 hari 2 malam. Kriteria yang disebutin salah satunya adalah foodie, yaitu orang yang suka makan, posting foto-foto makanannya di media sosial. Selain itu, tentu ada beberapa kriteria lain yang menurut si temen, aku pantes buat ikutan lowongan tersebut. Awalnya agak ragu sih ya ikut apa ga. Tapi akhirnya aku putusin buat SMS si contact person. SMS gak kekirim. Cari di contact WA, nama si CP juga gak muncul. Aku mulai curiga kalo ini cuma lowongan fiktif. Apalagi Dubai. Mimpi apa diajak makan-makan di Dubai.

Keesokan harinya, temen bilang kalo nomer si CP uda aktif. Di WAku, nama si CP juga udah muncul. Tanpa mikir lagi, aku langsung aja mesej via WA. 

R: “Siang. Ini dg Retha. Bisakah saya dapat info lebih lanjut ttg Dubai Food Tour? Trims.”
CP: “Sudah full mba.”
R: “Oke, tengkyu ya.”
CP: “Sama2. Thank you udah minat ya

Yah sudah lah ya. Belum rejekinya Retha buat dapetin kesempatan ini walaupun angan sudah melayang membayangkan rasanya pergi ke Dubai, gratis, dan diajakin makan. Tapi jujur sih, ada retakan di hatiku kala itu #tsah

30 menit kemudian, ada mesej dari CP masuk via WA

Continue reading

Ada Apa di Pasar Santa?

Sekitar bulan November 2014 kemarin, aku denger dari temen katanya Pasar Santa itu happening banget. Tempat gaul. Tempat yang musti dikunjungi. Emang segimana okenya sih? Seberapa pentingnya si Santa ini sampe banyak yang main ke sini? Dan karena ada satu temen yang ngajakin ke Pasar Santa hari Minggu kemarin (15/3), sebut saja yang diajak Maretha, dia langsung searching tentang Pasar Santa dan menemukan kengerian di tiap halaman para blogger. Ngerinya kenapa? Ngeri karena makanan yang dijual banyaaaak banget dan kelihatan enaaaak banget. Gak bagus ini buat kesehatan lemak dan isi dompetku. Hehehe.

Sekitar jam 2 siang, hujan lebat mengguyur Jakarta dengan suksesnya. Temen yang ngajakin ke Pasar Santa udah mulai goyah nih pendiriannya buat ke sana. Karena katanya bakal becek ato jadi gak nyaman. Tapi sepanjang perjalanan menuju Pasar Santa, hujan pun reda, langit kembali ceria, dan akhirnya kami sampe deh di Pasar Santa yang mana jalan buat menuju ke sana aku susah buat ngapalinnya. Cuma ngerti sampe Rasuna Said trus tauk deh itu lewat mana.

Sehari sebelum keberangkatan, bukan Maretha namanya kalo gak cari tau apa aja yang ditawarkan Pasar Santa. Do and don’t di sana juga wajib dimengerti. Satu teman menceritakan pengalamannya selama di Pasar Santa. Dia bilang kalo Pasar Santa itu sumpek, kayak pasar senggol, panas, pengap, asap rokok di mana-mana, makanannya begitu-gitu aja. Tapi hal yang kayak gitu bikin aku makin penasaran dan dia menantikan pembuktianku. Eh, tak disangka, tak dinyana, Pasar Santa gak terlalu rame. Mungkin karena efek hujan jadi orang males ya mau keluar rumah. Jadi yang ada aku malah bertanya-tanya, ini pasarnya rame segini doang? Wkwkwk *sombong*

Sebenernya pasar ini ya bener-bener pasar gitu. Pasar tradisional gitu lah. Cuma ada 1 lantai yang disulap sama banyak anak muda kreatif di mana mereka menjajakan dagangannya yang berupa makanan ato minuman. Dan emang menu yang mereka tawarkan itu unik. Jadi bakal wajar kalo harga yang dilempar bukan harga pasar karena ide unik itu yang bikin gak murah tapi juga gak mahal. Nah, karena Maretha ini udah gak bisa dipisahin sama yang namanya kuliner itulah makanya dia gak menolak ajakan temennya buat main ke sini (have I told you if wanna know me more, treat me some good food, *cewek gampangan ama makanan enak*). Dan berbekal review dari qraved.com (di sini dan di sini) dan @anakjajan, aku coba buat menyambangi kios atau kedai yang mereka rekomendasikan. Yuk, disimak ya! Bantu prok, prok, prok yaaa *tring*

**

Continue reading